Entri Populer

Selasa, 21 Juni 2011

LAPORAN PRAKTIKUM PROTOZOA




A.    Tujuan Materi
1.      Mengenal keanekaragaman hewan-hewan Protozoa.
2.      Observasi morfologi dan struktur hewan-hewan Protozoa.
3.      Mengelompokkan hewan-hewan Protozoa ke dalam classis yang berbeda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri.
4.      Observasi dan identifikasi ciri-ciri khas setiap classsis.

B.     Dasar Teori Filum Protozoa
      (Protos = pertama; Zoon = hewan)
       Filum Protozoa merupakan hewan yang tubuhnya terdiri atas satu sel. Nama protozoa berasal dari bahasa latin yang berarti hewan yang pertama. Hewan filum ini hidup di air tawar, air laut, air payau, dan tanah, bahkan di dalam organisme lain. Protozoa ada yang hidup secara individu( soliter) dan ada pula yang membentuk koloni.
1.      Ciri-Ciri Umum
Ciri-ciri umum hewan yang tergolong Filum Protozoa dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Tubuh tersusun atas satu sel, ukurannya beberapa mikron sampai beberapa  milimeter dan umumnya bersifat mikroskopis.
b.      Umumnya hidup secara individual, tetapi ada yang hidup secara koloni, ada yang hidup bebas di dalam air, komensal, dan ada pula yang bersifat parasit pada hewan lain.
c.       Umumnya berkembangbiak dengan cara membelah diri, tetapi ada pula yang mengadakan konyugasi, dan ada pula yang membentuk spora.
d.      Makanannya berupa : bakteri, hewan bersel satu lainnya atau sisa-sisa organisme. Cara mengambil makanannya ada yang saprozoik ( memakan / menguraikan bangkai hewan ) dan holozoik ( memakan hewan lain yang masih hidup ).
e.        Cara bergeraknya ada yang menggunakan : flagela, silia, atau pseudopodia, bahkan ada yang tidak memiliki alat gerak.
f.       Tidak memiliki klorofil, kecuali Euglena.
g.      Eukariota dan dapat membentuk sista ( lapisan pelindung ).


2.      Struktur Tubuh
     Tubuh protozoa ada yang hanya satu sel itu, bentuknya bermacam-macam, ada yang tidak  tetap dan ada yang tetap. Bentuk tetap ini karena telah memiliki pelliculus ( kulit ) dan  beberapa mempunyai cangkang kapur.
     Sitoplasma protozoa sebagian besar tidak berwarna, tetapi beberapa spesies kecil, misalnya Stentor coereleus berwarna biru,dan Blepharia laterilia berwarna merah atau merah muda. Dua bagian sitoplasma biasanya dibedakan atas bagian pinggiran yang disebut Ektoplasma dan bagian sentral yang lebih padat dan bergranula yang disebut Endoplasma.
     Nukleus protozoa umumnya hanya sebuah, tetapi ada juga yang lebih, misalnya Arcella vulgaris atau Opalina ranarum. Cilliata secara umum mempunyai dua tipe nuklei dan ciri nukleus umumnya bulat, tetapi ada juga yang oval, misalnya pada Paramecium . Bentuk seperti ginjal terdapat pada Balantidium colli, sedang bentuk menasbih ( monilitiform ) terdapat pada Spirostonum. Struktur nukleus pada prinsipnya ada yang vasikular dan granular. Pada nukleus vasikuler, kromatin terkonsentrasi dalam sebuah massa atau butir (Arcella), sedang yang granular berkhromatin tersebar secara merata dalm butir melalui seluruh nukleus (Amoeba).
     Vakuola yang terdapat pada protozoa dapat dibedakan atas vakuola kontraktil, vakuola makanan, dan vakuola stationeri. Vakuola yang terakhir ini mengandung cairan yang terdapat dalam tubuh protozoa. Vakuola makanan dan vakuola kontraktil terdapat pada protozoa air tawar, tetapi tidak terdapat pada sebagian besar protozoa yang hidup parasit dan hidup di dalam air laut. Fungsi vakuola kontraktil kecuali sebagai alat ekskresi juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmosis tubuh.
     Mitokondria terdapat pada protozoa pada bagian yang melakukan pernafasan secara aerobik. Pada sebagian besar mitokondria mempunyai tubulus pada bagian dalamnya. Mitokondria erat hubungannya dengan penggunaan energi untuk alat gerak, dan vakuola kontraktil.
     Pada umumnya protozoa paling sedikit terbungkus oleh membran yang mempunyai sedikit granula seluas permukaannya. Membran memegang peranan dalam sistem pengangkutan enzim, sehingga menimbulkan metabolisme yang efisien. Pada sebagian besar spesies, membran itu telah dilapisi oleh lapisan lain, sehingga terbentuk kulit atau pelliculus yang tegar, sehingga protozoa yang bersangkutan memiliki bentuk yang tetap.

3.     Habitat dan Ekologi
Protozoa hidup pada semua habitat yang memunginkan hewan itu untuk hidup, dan hubungan hewan itu dengan alam sekitarnya memungkinkan kita mempelajari ekologinya. Protozoa secara mutlak memerlukan lingkungan yang basah, misalnya dalam air baik air tawar, maupun air beragam bahkan dalam tanah yang basah sampai kedalaman kurang lebih 20 cm, dalam tubuh manusia atau hewan tingkat tinggi lainnya yang bercairan, atau di semua tempat yang basah dimana saja. Tiap-tiap spesies mempunyai peranan dalam struktur trophik( makanan ), atau siklus energi. Beberapa protozoa berflagel yang mengandung klorifil dapat menfiksasi dan menyimpan energi dari matahari dalam bentuk bahan makanan tetapi sebagian besar Protozoa adalah  sebagai konsumen bahan makanan dari makhluk lain, baik sebagai konsumen primer, maupun konsumen sekunder.
a.      Superklas : Mastighopora / Flagelata
Superklas Mastighopora mencakup protozoa yang menggunakan flagela (bulu cambuk) sebagai alat gerak dewasa (mastik = cambuk) dan dianggap sebagai protozoa yang paling sederhana. Superklas ini dibagi menjadi dua, yaitu :
Ø  Kelas Phytomastighoporea
      Mempunyai ciri-ciri : biasanya mempunyai satu atau dua flagela, chromoplas (chromatophor) untuk fotosintesis (holophitik). Misalnya:  Euglena, Chlamydomonas, Paranema.
Ø  Kelas Zoomastighoporea
      Mempunyai ciri-ciri : flagelanya satu sampai beberapa buah, tidak mempunyai chromoplas, holozoik atau saprozoik, beberapa jenis hidup bebas tetapi kebanyakan komensal, simbiosis atau parasit pada hewan lain terutama golongan artropoda dan vertebrata. Misalnya  Leishmania dan Trypanosoma.

b.      Superklas : Sarcodina / Rhizopoda
Protozoa ini menggunakan pseudopodia(kaki semu) sebagai organela gerak dan makan. Sarcodina dibagi empat group, yaitu ;
Ø  Amoeba
      Amoeba ada yang dibungkus cangkang atau tanpa selubung cangkang (telanjang). Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan Pelomyxa, bentuknya asimetris dan bentuk ini selalu berubah. Sebaliknya amoeba bercangkang memperlihatkan simetris bagian luarnya (cangkangnya).
      Sitoplasma terbagi dalam ekto dan endoplasma, pseudopodia ada yang tipe lobopodia (pada amoeba telanjang) atau tipe filopodia (pada amoeba bercangkang). Pada lobofodia, penjuluran lebih besar dan mengandung ekto dan endoplasma, sedang pada filopodia lebih kecil dan hanya tersusun dari ektoplasma.
      Cangkang berasal dari sekresi sitoplasma berupa silika atau khitin, atau materi dari luar yang melekat. Amoeba melekat pada dinding dalam cangkang dengan perantaraan penjuluran protoplasma. Cangkang selalu memiliki bidang terbuka untuk penjuluran sitoplasma, dan karenanya bentuk cangkang sering mirip helm atau topi.
      Hewan ini hidup di lumpur-lumpur di bagian dasar kolam, sawah, sungai, danau, atau tempat-tempat lain yang berair dan banyak mengandung sisa-sisa organisme.
      Susunan tubuh amoeba bersifat moniselular, sedang bentuk tubuhnya tidak tetap, selalu berubah-ubah menurut keadaan. Protoplasma terdiri dari beberapa lapisan yaitu :
a)      Plasmolemma, yaitu lapisan luar sebagai membran sel.
b)      Ektoplasma, yaitu lapisan protoplasma yang sifatnya bening
c)      endoplasma, yaitu lapisan protoplasma yang sifatnya berbutir-butir.
Di dalam  endoplasma ini didapatkan :
a)      Nukleus yang berfungsi untuk mengatur kegiatan sel.
b)      Vakuola berdenyut, berfungsi untuk mengatur kadar air dalam tubuhnya, berarti menjaga tekanan osmosis sel agar konstan (osmoregulator).
c)      Vakuola makanan, berfungsi untuk mencernakan makanan, karena mengeluarkan enzim. Sari makanan diserap protoplasma, sisa makanan dibuang.
Hewan ini bernapas dengan cara mengambil oksigen secara difusi. Sari makanan dioksidasikan dengan oksigen, yang akhirnya menghasilkan energi. Pergerakan Amoeba yaitu bergerak dengan menjulurkan kaki semunya, dan geraknya disebut gerak amoeboid. Perkembangbiakan Amoeba dengan cara membelah diri dan berlangsung jika keadaan memburuk akan membentuk kista. Pembentukan kista ini dimaksudkan agar dapat hidup meskipun keadaan memburuk. Keadaan hidup demikian disebut hidup laten.

Ø  Foraminifera
      Terutama hidup di laut. Pseudopodianya seperti benang, bercabang dan saling bersambungan disebut reticulopodia. Foraminifera mensekresikan bahan cangkang yang komposisinya terutama kalsium karbonat plus sedikit bahan organik seperti silikat dan magnesium sulfat.
      Bentuk cangkang berbeda dengan pada amoeba bentuk bisa unicolar (cangkang beruang satu) atau multicolar (cangkang beruang dua).Yang terakhir ini berasal dari pertumbuhan unicolar. Karena penambahan ruang mengikuti  pola simetris maka cangkang multicolar mempunyai bentuk yang jelas ada yang berbentuk garis lurus, atau seperti dompol bawang, atau mungkin bentuk spiral seperti pada siput.
      Rongga-rongga cangkang saling berhubungan satu sama lain melalui lubang sehingga protoplasma yang mengisi ruang juga berhubungan. Setiap rongga memiliki lubang kecil untuk penjuluran reticulopodia.Yang penting multicolar bukanlah koloni tetapi satu individu yang panjangnya dapat mencapai beberapa centimeter.
      Sebagian besar Foraminifera adalah benthos( melekat pada dasar lautan ), tetapi ada juga yang sebagai plankton seperti Globigerina. Cangkang yang hidup sebagai plankton lebih halus, sedangkan cangkang plankton di kawasan berair dingin lebih kecil dan kurang porous( berlubang) dibanding uang hidup di daerah tropis. Dengan demikian distribusi fosil spesies plankton merupakan indikator iklim di zaman geologik yang telah silam.
Ø  Heliozoa
      Lebih dikenal dikenal dengan  binatang matahari. Terutama di air tawar, hidup bebas atau melekat. Pseupodia lurus seperti jarus disebut axopodia, muncul dari permukaan tubuh. Setiap  axopodia mengandung benang axial sentral yang tertutup oleh ektoplasma yang bergranular. Fungsi benang axial sebagai penopang sifatnya tidak permanen, tetapi sebagai tabung protoplasma yang dapat memanjang dan memendek. Axopoda untuk menangkap makanan, bukan alat gerak.
      Tubuh heliozoa terbagi atas dua bagian: bagian luar (korteks sering berupa vakuola besar), dan bagian dalam atau medula berisi protoplasma dengan satu sampai beberapa nukleus, dan bonggol-bonggol axial. Walaupun tidak bercangkang, heliozoa mungkin mengandung pasir atau diatome atau silika. Komponen rangka ini menempel pada bagian luar lapisan gelatin yang menyelubungi sel heliozoa. Susunanny ungkin lurus seperti axopodia.
Ø  Radiolaria
      Merupakan protozoa yang paling cantik. Sluruhnya hidup di laut dan terutama sebagai plankton.Ukurannya cukup besar dengan diameter mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter.Seperti heliozoa, tutuh radiolaria bentuknya bulat dan terbagi menjadi bagian luar dan bagian dalam.Bagian dalam yang mengandung satu sampai beberapa inti terbungkus oleh kapsul sentral dari bahan kitin yang berlubang-lubang yang memungkinnkan sitoplasma bagian dalam berhubungan dengan sitoplasma bagian luar (ekstra kapsula sitoplasma).yng terakhir ini sering meluas dan disebut calymma yang menyelimuti/mengelilingi sentral kapsul.
      Pseupodia mungkin bertipe filopodia, reticulapodia, atau axopodia, yang tumbuh dari sentral kapsul.Ragka hampir selalu terdapat pada radiolaria, biasanya mengandung silika.Susunan rangka ada dua tipe. Tipe yang pertama tipe radial, tersusun dalam bentuk seperti duri atau jarum yang mencuat ke atas. Tipe kedua berupa kisi-kisi berbentuk bola.

c.       Subfilum Cilliophora, Classis Ciliatea/Ciliata
Subfilum Cilliophora hanya memiliki satu Kelas Cilliatea.Jenisnya terbesar dari semua Kelas Protozoa.Semua anggotanya memiliki bulu getar( silia) sebagai alat gerak atau untuk menangkap makanan, dan sebagian besar memiliki mulut atau sitostome.Satu ciri Cilliophora adalah memiliki dua inti ; Makronukleus (vegetatif) adn Mikronukleus (generatif). Salah satu anggota yang dikenal dan hidup di air tawar adalah Paramecium caudatum.
Paramecium caudatum memiliki bentuk tubuh yang sudah tetap karena adanya pelikel sebagai selubung tubuhnya.Bentuk tubuhnya menyerupai terumpah( sandal).Tidak jauh dari bagian depan terdapat suatu celah( oral groove) menuju lubang mulutnya (sitostome).hewan ini mempunyai dua inti sel yaitu :
Ø  Makronukleus (inti besar) berfungsi mengatur kegiatan tubuh seperti bergerak, mencerna makanan,dll.
Ø  Mikronukleus( inti kecil) yang berfungsi mengatur pembiakan.
Pergerakan hewan ini bergerak maju sambil mengadakan gerak rotasi yang arah perputarannya bila dilihat dari belakang berlawanan dengan arah jarum jam.Pergerakan tersebut terjadi karena perpaduan antara gerak cilia tubuh seperti sistem dayung dan gaerak cilia pada oral groove yang sangat kuat.

d.      Subfilum  Sporozoa dan Cnidospora (Group Sporozoa)
Subfilum sporozoa dan Subfilum cnidospora semula memang dikelompokkan dalam satu kelas sporozoa karena adanya tahap menyerupai spora yang infektif pada beberapa anggota kedua kelompok tersebut.Pembagian yang sekarang menjadi dua subfilum merupakan usaha untuk menentukan kedudukan  yang lebih tua dari kedua kelompok tersebut, meskipun nama sporozoa tetap digunakan pada kedua kelompok tersebut.
Subfilum protozoa mencakup parasit yang paling terkenal dari semua sporozoa, yaitu golongan Gregarina dan Coccidia. Hospesnyan tersebar paling banyak pada invertebrata dan juga vertebrata termasuk manusia.
Subfilum cnidospora berbeda dari subfilum sporozoa pada struktur sporanya yang mengandung benang-benang polar. Dua kelompok utama pada cnidospora adalah myxosporidia dan mikrosporidia.Mixosporidia adalah parasit pada vertebrata, ikan dengan menginfeksi insang, kandung kencing, otot.
Subfilum sporozoa, Classis Telospora, Subklas Coccidia ; contohnya Plasmodium penyebab penyakit malaria dan Subfilum sporozoa, Klas Telospora, Subklas Gregarina; contohnya Monocystis lumbrici.

C.    Alat dan Bahan

1.      CCTV
2.      Mikroskop listrik
3.      Objek glass dan cover glass
4.      Larutan Ringers
5.      Kapas dan jarum
6.      Pisau bedah dan Bak bedah
7.      Preparat awetan protozoa dari JICA
8.      Air sungai, air sawah dan air kolam
9.      Kultur jerami.



Ø  Cara Pembuatan Kultur Jerami :
a.       100 gr jerami dipanaskan dalam 1 liter air sumur sampai jerami lunak.
b.      Setelah direbus ± 90 menit kemudian dinginkan.
c.       Air jerami dipindahkan ke botol bekas ditambah dengan air sawah.
d.      Kemudian dibiarkan terbuka selama 7-10 hari.

D.    Cara Kerja
1.      Untuk Rhizopoda, Cilliata dan Flagellata :
a.       Mikroskop dan perlengkapannya disiapkan terlebih dahulu.
b.      Kultur Protozoa dari rendaman jerami, air kolam, air sawah dan air sungai disimpan di preparat.
c.       Preparat diamati dan hewan-hewan yang terlihat diklasifikasi sesuai dengan kelasnya masing-masing.

2.      Untuk Sporozoa :
a.       Cacing tanah yang telah dibawa dicuci terlebih dahulu.
b.      Lalu dibius dengan alkohol 70% di dalam gelas piala.
c.       Cacing dibedah secara membujur mulai ujung anterior hingga batas akhir citellum (penebalan), pada saat membedah cacing ditetesi dengan larutan Ringers.
d.      Vesicula seminalisnya yang berupa dua pasang gumpalan/bulatan warna putih susu, diambil salah satu dan ditempatkan pada kaca objek bersih yang telah ditetesi larutan Ringers.
e.       Setelah ditutup cover glass, ditekan-tekan dengan ujung pensil secara perlahan-lahan kemudian diamati.









F.      
G.    PEMBAHASAN
1.      Classis Sarcodina
Pada Classis Sarcodina hewan yang dapat kami temukan yaitu :
1.1  Amoeba proteus
Mempunyai bentuk yang tidak tetap, memiliki inti, vakuola makanan, vakuola kontraktil dan iliauc plasma pada tubuh bagian luar yang berfungsi sebagai pelindung isi sel, pengatur pertukaran zat misalnya zat makanan, dan  ekskresi. Alat gerak yang digunakan adalah dengan membentuk pseudopodia yang dapat menangkap rangsangan kimia dari luar tubuhnya. Bagian dalam terdapat sitoplasma yang dibedakan menjadi ektoplasma (bagian luar) dan endoplasma (bagian dalam). Amoeba berkembangbiak dengan cara membelah diri. Makanannya berupa bakteri ataupun sisa-sisa organisme hewan bersel satu lainnya sehingga Amoeba juga dapat digolongkan menjadi hewan holozoik dan saprozoik.

Gambar 1.1 Amoeba proteus dengan bagian-bagiannya

1.2  Ordo Foraminifera
Habitat di laut memiliki bentuk yang bermacam-macam. Memiliki cangkang yang tersusun atas kalsium karbonat(CaCo3), silikat dan Magnesium Sulfat(MgSo4) yang bentuknya unicolar/multicolar seperti garis lurus/spiral. Rongga-rongga cangkang saling berhubungan melalui lubang, sehingga protoplasmanya juga berhubungan. Setiap rongga memiliki beberapa lubang kecil untuk menjulurkan reticulopodia. Sebagian besar foraminifera termasuk benthos(hidup di dasar laut). Namun ada pula yang berperan sebagai plankton, contohnya adalah Globigerina. Yang memiliki cangkang lebih halus. Namun cangkang plankton di kawasan berair dingin lebuh kecil dan kurang porus daripada yang hidup di daerah tropis. Keberadaan Foraminifera dapat menjadi indikator adanya minyak bumi.
Gambar 1.2 Macam-macam Foraminifera

2.      Classis Flagellata
Pada Classis Flagellata hewan yang dapat kami temukan yaitu :
2.1  Genus Euglena
Bentuk tubuhnya memanjang dengan flagella pada bagian atas tubuh, dapat bergerak maju secara spiral rotasi dengan flagellumnya atau merayap tanpa menggunakan flagellumnya yang disebut dengan gerak amoeboid. Selain itu Euglena memiliki inti, vakuola makanan, vakuola kontraktil, bintik mata, pirenoid dan kloroplast. Namun yang dapat kami amati hanya adanya flagella, vakuola makanan, vakuola kontraktil dan bintik mata saja. Eugleuna tergolong hewan holofitik karena dapat melakukan proses fotosintentesis yang menghasilkan makanan,. Tapi Euglena dapat juga merupakan hewan saprozoik yang mana menyerap makanan dengan seluruh permukaan tubuhnya. Dari hasil pengamatan, kami menemukan Euglena viridis dan Euglena intermedia. Perbedaan dua euglena ini yaitu pada bentuk tubuhnya. Euglena intermedia bentuknya memanjang dan lebih kurus dari Euglena viridis.
              
                     Gambar 2.1 a) Euglena viridis                       Gambar 2.1 b) Euglena intermedia

Euglena berkembangbiak dengan cara membelah secara biner longitudinal (membelah kearah mamanjang), dimulai dengan inti membelah menjadi dua kemudian diikuti oleh bagian tubuhnya dari arah depan ke belakang.
2.2  Trachelomonas volvocinopsis
Bentuk tubuh bulat, terdapat stigma, mengandung kloroplas, dan pada ujung tubuh terdapat flagel.
Gambar 2.2 Trachelomonas sp.

3.      Classis Cilliata
Pada Classis Cilliata kami menemukan 7 spesies hewan, yaitu:
3.1  Paramecium caudatum
Paramecium caudatum memiliki bentuk yang tetap karena terdapat pelikel, di sekeliling tubuhnya di penuhi oleh ilia/bulu getar yang mana cilia ini berfungsi sebagai alat geraknya. Seperti telah disebutkan bahwa Protozoa kelas Cilliata mempunyai dua macam inti, yaitu:
a.       Makronukleus (inti besar), berfungsi untuk mengatur kegiatan tubuh seperti bergerak, mencerna makanan dan lain-lain atau disebut juga sebagai fungsi vegetatif.
b.      Mikronukleus (inti kecil), berfungsi untuk perkembangbiakan atau fungsi generatif.
Gambar 3.1 a) Paramecium caudatum serta bagian-bagiannya


Paramecium caudatum memiliki mulut sel, dua vakuola kontraktil yang terdapat di depan dan belakang tubuh yang berfungsi untuk mengatur kadar air di dalam tubuh dan juga membantu membuang sisa-sisa metabolisme dan vakuola makanan. Cara kerja vakuola ini adalah mula-mula setelah vakuola makanan yang melekat pada kerongkongan itu penuh dengan makanan, segera vakuola makanan itu lepas dan kemudian beredar ke seluruh tubuh. Sambil beredar sari makanan diserap oleh protoplasmanya dan sisanya dilepas melalui tempat tertentu yang merupakan “anus”nya.
Cara perkembangbiakannya dapat dengan membelah diri secara longitudinal (aseksual) ataupun dengan melakukan konjugasi (seksual). Perkembangbiakan seksual dilakukan hanya bila Paramecium telah sering membelah diri, ini bertujuan untuk meningkatkan vitalitasnya. Berikut adalah penjelasannya.
Gambar 3.1 b) Pembelahan pada Paramecium caudatum

Perkembangbiakan aseksual atau dengan cara membelah diri secara longitudinal  yaitu dengan pembelahan biner dimana sel membelah menjadi 2 kemudian menjadi 4, 8 dan 16 dst.
            Gambar 3.1 c)  Konjugasi pada Paramecium caudatum

Pada saat konjugasi yang terjadi pertama yaitu dua Paramecium caudatum bertemu dan berpadu pada bagian mulut, kemudian mikroneukleus melakukan miosis sehingga dihasilkan empat mikroneukleus. Tiga mikroneukleus lenyap dan satu mikronukleus yang tersisa membelah menjadi dua, dimana yang satu lebih kecil (masing-masing disebut pronuklei). Terjadi pertukaran pronuklei yang kecil kemudian dua individu memisahkan diri. Akhirnya tiap Paramecium yang baru mikronekleus membelah manjadi dua bagian diikuti pembelahan sitoplasmanya. Dengan demikian dihasilkan dua Paramecium, masing-masing dengan dua makronukleus dan satu mikronukleus.

3.2  Glaucoma scintillans
Glaucoma mempunyai bentuk tubuh seperti bulat telur/oval, seluruh permukaan tubuhnya di penuhi cilia, juga mempunyai inti, vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Di dalam tubuhnya terdapat benang yang beraturan. Berkembangbiak dengan membelah diri atau konjugasi.
Gambar 3.2 Glaucoma scintillans

3.3  Prorodon teres
Bentuk seperti Paramecium hanya saja bentuk tubuhnya lebih lonjong, dan terkadang terlihat seperti tabung.

Gambar 3.3 Prorodon Teres

3.4  Vorticella campanulata
­ Vorticella mempunyai bentuk yang unik yaitu menyerupai lonceng, silia berada di sekitar tubuh bagian atas dan sebuah tangkai di bagian bawah yang berfungsi untuk melekatkan diri pada suatu tempat, tangkai ini bias berbentuk memanjang ataupun separti spiral.  Berikut bagian-bagian tubuh Vorticella sp:
  
         Gambar 3.4 a) Bagian-bagian tubuh Vorticella              Gambar 3.4 b) Koloni Vorticella

Vorticella juga mempunyai dua inti, vakuola kontraktil, vakuola makanan, dan. Peristom Namun yang dapat kami amati pada saat praktikum hanya terlihat cilia, vakuola kontraktil, vakuola makanan dan tangkainya saja. Ini di sebabkan kami menggunakan awetan basah sehingga hewan tidak dapat diamati secara seksama karena selalu bergerak aktif. 
Cara perkembangbiakannya yaitu dengan membelah dari (aseksual) dan konjugasi (seksual), seperti halnya Paramecium, Vorticella melakukan konjugasi hanya jika telah sering membelah diri. Pada dasarnya cara pembelahan atau konjugasi prosesnya sama saja dengan yang terjadi pada Paramecium. Berikut adalah gambar proses membelah diri pada Vorticella.






3.5  Nassula gracillis
Berbentuk  lonjong dengan vestibulum menjorok  dan terdapat cilia mengelilingi tubuhnya. Memiliki Vakuola kontraktil dan Vakuola makanan, serta memiliki inti.
  
Gambar 3.5 Nassula gracillis

3.6  Colpidium Campylum
Berbentuk  seperti Paramaecium namun berukuran lebih kecil dan sedikit lebih ramping. Memiliki vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Berkembang biak dengan cara membelah diri.
Gambar 3.6 Colpidium campylum

3.7  Stylonychi mytilus
Berbentuk seperti Paramecium tapi ukurannya lebih kecil, ditandai dengan adanya cirri yaitu cilia berkelompok yang tampak lebih panjang dan tebal diujung-ujung tubuhnya. Selain itu spesies ini juga mempunyai inti, vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Namun yang dapat kami amati dari praktikum hanya tampak cilia, cirri dan vakuola makanannya saja. Hal ini di sebabkan oleh perbesaran yang digunakan tidak terlalu besar sehingga gambar yang di dapat tidak begitu jelas dan menyusahkan untuk diteliti setiap bagian-bagian tubuhnya. Cara perkembangbiakannya yaitu dengan membelah diri atau konjugasi.
Gambar 3.7 Stylonychi mytilus

4.      Classis Saprozoa
      Dari hasil pengamatan, kami hanya menemukan Monocystis lumbric dari preparat vesikula seminalis cacing tanah. Monocystis lumbrici ini hidup dalam tubuh cacing tanah, baik secara uniselular maupun secara ekstraselular, tepatnya di dalam vasikula seminalis. Siklus hidupnya adalah sebagai berikut; Sporanya berbentuk seperti gelendong yang didalamnya mengandung 8 buah sporozoit. Bila spora itu pecah maka masing-masing sporozoit akan tersebar ke luar dan masuk ke dalam sel induk sperma dari hospesnya.Di tempat tersebut sporozoit-sporozoit tersebut menjadi masak dan dewasa kemudian disebut trophozoit. Sesudah itu trophozoit itu mengadakan pasangan berdua-dua dan setiap pasangan dibungkus dengan dua lapisan dinding, dinding luar disebut epicyst sedang yang dalam disebut endocyst. Kemudian sesudah itu masing-masing trophozoit membelah-belah membentuk sel-sel kecil yang sama besarnya yang disebut sel-sel gamet atau isogamet. Setiap dua dari isogamet-isogamet tersebut mengadakan peleburan sehingga terbentuklah zigot yang nantinya setiap zigot itu akan berubah menjadi spora dan membentuk dinding yang keras.

H.    KESIMPULAN

1.      Protozoa adalah hewan yang bersel tunggal, biasanya mikroskopis dan sangat beraneka ragam seperti Amoeba, Euglena, Paramecium dan Monocystis.
2.      Berdasarkan alat geraknya Protozoa dapat dibedakan menjadi empat kelas yaitu Sarcodina (kaki semu), Flagellata (buluh cambuk), Cilliata ( rambut getar) dan Sporozoa (tidak memiliki alat gerak).
3.      Dari hasil pengamatan kami di laboratorium, kami menemukan beberapa protozoa yang telah kami kelompokan sesuai dengan alat geraknya, yaitu:

a.       Classis Sarcodina :
                                             ·            Amoeba proteus
                                             ·            Hastigerina aequilateralis
b.      Classis Flagelata :
                                             ·            Euglena intermedia
                                             ·            Euglena viridis
                                             ·            Trachelomonas Volvocinopsis
c.       Classis Cilliata:

                                             ·            Paramecium caudatum
                                             ·            Glaucoma scintillans
                                             ·            Prorodon teres
                                             ·            Vorticella campanulata
                                             ·            Nassula gracillis
                                             ·            Colpodium campylum
                                             ·            Stylonychi mytilus

d.      Classis Saprozoa, hanya Monocystis lumbric.
4.      Pada cacing tanah yang kami amati siklus hidup Monocystis nya tidak lengkap hanya meliputi gametes, zigot, spora, sporozoit, dan tropozoit., sedangkan fase tropozoit muda dan gametocyte tidak kami temukan.

















DAFTAR  PUSTAKA

Djuhanda, Tatang. 1980. Kehidupan dalam Setetes Air. Bandug : Institut Teknologi Bandung.

Toharudin, Uus. Zoologi Invertebrata. Bandung. : Prisma Press.

Yatim, wildan. 2003. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia


























PROTOZOA
LAPORAN



Disusun untuk memenuhi tugas praktikum Zoologi Invertebrata


Kelompok 3
·         Endro Widodo                        1000655
·         Hanifah Ratmini U     1003092
·         Melyana Syifa B         1002515
·         Rifka Fachrunnisa       1005349
·         Sarah Fauziyyah          1002540





 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN  MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar